Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Kamis, 23 Juni 2011

“Tunjukkan kepadaku dimana letak PASAR…!!!”

“Tunjukkan kepadaku dimana letak PASAR…!!!”


Tulisan ini saya dedikasikan kepada seluruh perindu Kemenangan…
Untuk seluruh pencinta tantangan…
Untuk seluruh pewaris peradaban…
Dan untuk seluruh mujahid HPA yang berkomitmen di manapun Anda berada…
(by : Abu Raihanah – Firly Ramly, PJE PJS HPA International)

“Tunjukkan kepadaku dimana letak PASAR…!!!”
Begitulah yang diucapkan Abdurrahman bin ‘Auf ra kepada seorang sahabatnya dari Anshor, ketika Abdurrahman bin ‘Auf ra ditawarkan beberapa fasilitas sebagai konsekuensi atas diberlakukannya sistem akhawain (dipersaudarakan dua-dua / taākhi) antara muhajirin dan anshor. Sang sahabat dari anshor menawarkan dengan ikhlas sebagian dari harta, satu dari dua rumahnya, dan satu dari dua orang istrinya untuk menjadi milik Abdurrahman bin ‘Auf ra yang jatuh miskin atau bankrut akibat memilih hijrah dari Mekah ke Yatsrib. Namun, sang maestro ekonomi Islam ini menolak dengan santun semua tawaran kebaikan sang sahabat anshor tersebut, dan meminta dengan hormat “cukup tunjukkan kepadaku dimana letak PASAR..!!”.

Sebuah konsep sederhana yang dilakukan oleh para sahabat, untuk tidak menjadi peminta-minta meskipun disaat sulit, tetapi menguatkan akar kemandirian dalam ekonomi dan etos kerja yang tinggi. Ada banyak contoh yang bisa diutarakan disini, namun ruang tulisan ini terlalu kecil untuk menuliskan kebesaran Islam dalam kejayaan di berbagai bidang, terutama ekonomi. Saya akan berusaha untuk memaparkan sebagian kecil dari kehebatan Islam tentang sunnah berniaga.

Rekan-rekan mujahid HPA, menarik untuk dikaji ketika Rasulullah pergi berangkat hijrah ke Yatsrib, dan kemudian merubah nama Yatsrib menjadi Madinatun Nabiy (Kota Nabi) atau dikenal dengan Madinah. Setiba Rasulullah saw di Madinah, pertama kali yang beliau lakukan adalah membangun Masjid, sebagai pusat aktifitas da’wah dan peradaban Islam. Namun seringkali orang lupa atau terlupakan untuk dikaji, bahwa ternyata Rasulullah saw setelah membangun masjid, beliau membangun pasar. Kalau Rasulullah saw membangun masjid ketika pertama kali tiba di Madinah, secara logika sederhana adalah wajar, sebab sebelum kedatangan Rasulullah saw tidak ada masjid di Madinah.

Namun menjadi the Big question ketika Rasulullah saw juga membangun pasar, apakah sebelum Rasulullah saw tiba di Madinah tidak ada pasar di Madinah? Padahal secara demografi dan analisa geopolitik maupun geo-ekonomi, Madinah jelas lebih pesat dari Makkah, karena di Madinah terdapat perkebunan, tanahnya lebih subur dari Makkah, merupakan jalur perlintasan dagang bagi para kafilah dagang yang ingin berniaga ke syam, dan tingkat ekonominya lebih maju dari Makkah. Jelas, sudah pasti ada pasar di Madinah sejak sebelum Rasulullah saw tiba di Madinah, namun pasar yang ada adalah pasar Yahudi.

Mengapa Rasulullah saw membangun pasar setelah membangun Masjid? Karena beliau tahu dan paham betul, bahwa Islam adalah agama peradaban, Islam adalah tonggak kehidupan manusia seluruh alam, maka  tidaklah mungkin membangun sebuah peradaban besar  tanpa kekuatan ekonomi di dalamnya. Kita beruntung, bahwa Rasul kita adalah seorang peniaga ulung, saudagar yang jujur, dan ahli marketing yang handal, serta seorang networker dan public speaker yang tiada tandingannya. Sedikit intermezzo, seandainya Rasul kita adalah seorang pegawai professional maka mungkin ketika beliau tiba di Madinah, setelah membangun masjid beliau akan membangun kantor Administrasi Negara.

Ekonomi, bisnis, marketing, networking, dan keuangan, adalah hal yang mungkin untuk sebagian besar orang adalah bidang yang tidak terlalu menarik untuk dipelajari, dikaji, apalagi digeluti. Apalagi untuk bisnis, marketing, dan networking, adalah bidang profesi yang banyak dihindari oleh banyak orang untuk mencari penghasilan. Mengapa? Karena tidak jelas berapa penghasilannya, atau dengan kata lain tidak ada penghasilan tetapnya. Sebab penghasilannya tergantung dari seberapa baik kita melakukan marketing terhadap produk yang kita tawarkan sehingga orang mau membeli produk kita, dan seberapa luas networking yang kita bangun sebagai pasar yang loyal dan dapat menciptakan omzet yang signifikan, dan seberapa besar bisnis yang kita bina sehingga menjadi sebuah bisnis yang autopilot business, dimana bisnis akan terus berjalan tanpa membutuhkan kehadiran secara fisik dari diri kita.

Namun selama hampir delapan tahun saya beraktifitas bersama HPA, dan belajar dari banyak guru dan menthor bisnis yang hebat di HPA, semakin saya memahami akhirnya bahwa semakin jelas dan tetap penghasilan kita justru semakin tidak jelas masa depan kita. Berbeda sebaliknya, semakin tidak jelas dan tidak tetap penghasilan kita, semakin jelaslah masa depan kita. Karena bisnis, marketing, dan networking adalah bicara estimasi, proyeksi, dan resiko. Ada estimasi untung besar dalam bisnis, namun resikonya juga besar, tidak ada jaminan dalam berbisnis akan menjadi sukses dan kaya raya, tetapi peluang untuk jadi orang kayanya terbuka lebar. Sebaliknya menjadi seorang karyawan atau pegawai memiliki penghasilan yang tetap dan jelas setiap bulannya, namun karena tetap dan jelasnya penghasilan tersebut justru kecil sekali peluangnya untuk dapat menjadi sukses dan kaya raya kecuali untuk sebagian kecil orang.

Dalam tulisan ini saya tidak bermaksud untuk mengecilkan atau merendahkan profesi pegawai dan karyawan, karena kita juga membutuhkan orang-orang yang sholih untuk menjadi pegawai. Namun saya ingin memaparkan sisi perbedaan dan peluang antara seorang pegawai dan seorang pebisnis dalam meraih kesuksesan dan kebebasan kreatifitas atas potensi yang dimiliki oleh seorang insan.

Saya sangat yakin, bahwa sebagian besar kita mungkin sudah memahami atau paling tidak pernah mendapat kajian tentang entrepreneurship di berbagai tempat dan kesempatan atau melalui banyak buku tentang motivasi bisnis dan entrepreneurship. Tetapi, mengapa sedikit sekali orang yang menjadi entrepreneur setelah mereka keluar dari suatu pelatihan bisnis entrepreneurship atau setelah mereka selesai membaca buku tentang motivasi bisnis?

Karena bisnis dan entrepreneurship berada pada dimensi amal, dimensi action. Kunci sukses dalam bisnis adalah bukan pada seberapa banyak anda tahu tentang teori  dan ilmu bisnis, tapi seberapa yakin dan berani anda melakukan apa yang anda ketahui?

Bagaimana dengan bisnis di HPA? Menjadi peniaga bersama HPA adalah sebuah kelebihan dan keuntungan yang luar biasa besarnya, karena keuntungan yang didapatkan bukan hanya keuntungan secara financial materi dunia, tetapi juga keuntungan ukhrowi yang abadi.

Satu ketika ada seorang yang bertanya kepada saya, “bolehkah berbisnis sambil berda’wah atau berda’wah sambil berbisnis?”. Saya jawab bahwa, “bisnis yang dengan bisnisnya membuat banyak orang semakin dekat kepada Allah dan Rasul-Nya, adalah bisnis yang terbaik, dan begitu pula sebaliknya, bisnis yang dengan bisnisnya membuat banyak orang semakin jauh dari Allah dan Rasul-Nya adalah bisnis yang terburuk.”

Apa yang dilakukan HPA saat ini, adalah sebuah bisnis yang dengan produk-produk bisnisnya membuat banyak orang semakin mengenal Allah dan Rasul-Nya. Karena inti bisnis HPA bukanlah jualan obat, bukan jualan kopi, bukan jualan produk-produk kesehatan, tetapi inti dari kor bisnis HPA adalah mendistribusikan produk-produk muslim yang dijamin halal dan thoyib. Sehingga aktifitas kita bersama HPA adalah bagian dari da’wah dan perjuangan kita dalam membentuk pasar Anshor, persis seperti ketika Rasulullah saw membangun pasar di Madinah, membentuk kekuatan ekonomi sendiri dalam jaringan bisnis yang kuatyang seluruhnya dimiliki muslim. Namun jika Allah swtmemberikan karunia rizki dari bisnis kita dalam aktifitas perjuangan ekonomi syariah ini, maka itu adalah bonus dan hak atas usaha dan kerja keras kita.

Rekan-rekan mujahid HPA, maka apa yang saat ini kita lakukan bersama HPA adalah sebuah perjuangan yang tiada hentinya, dan tidak terbatas pada usia kita saja. Karena HPA bukanlah sebuah perniagaan semata, tetapi sebuah komitmen membangun peradaban Islam yang nyata. Maka jangan menyerah kawan, karena jalan perjuangan ini masih sangat panjang.

Seperti kalimat Abdurrahman bin ‘Auf ra, “tunjukkanlah dimana letak pasar!”, adalah sebuah ungkapan etos kerja yang tinggi, kemandirian yang kuat, tekad yang baja, dan semangat sukses yang membara

Maka jika hari ini HPA ingin membangun sebuah Pasar Anshor di abad 21, sebuah icon kebangkitan peradaban Islam yang didukung kekuatan ekonomi yang kuat dan besar, maka setiap kita yang mengaku dirinya sebagai Mujahid HPA, harus memiliki etos kerja dan karakter kuat seperti Abdurrahman bin ‘Auf. Agar apa yang selama ini kita impikan, tidak hanya menjadi sebuah impian dan khayalan, tetapi sebuah kemenangan yang nyata (fathum mubiina).

Salam Sukses penuh semangat untuk semua Mujahid HPA di seantero dunia.
Allahu’alam bish showwab.

0 komentar:

Posting Komentar